Adam Afrixal
28 Jun 2020 at 12:10


Mengantri tuh Buat apa?

Antrian mungkin sesuatu yang sangat umum kita lihat dalam kehidupan kita. Budaya antri memaksa diri kita untuk menekan ego masing masing, untuk menjadi yang pertama dan mau menunggu menjaga ketertiban otoritas yang ada. Masih banyak orang Indonesia yang tidak bisa mengantri dengan benar.  Kita masih melihat orang-orang yang berkerumun di berbagai macam fasilitas transportasi umum seperti stasiun kereta, terminal bus, bank, supermarket, ATM serta berbagai macam hal lainnya. Hal ini bahkan terlihat di pesawat , dimana tak jarang penumpang berlomba lomba berdiri untuk keluar walaupun, pesawat belum berhenti pada posisi parkir dan pintu keluar belum dibuka. Rasanya cukup anehmelihat penumpang yang dorong-dorongan dan saling menerobos padahal belum bisa keluar dari dari pesawat.

Dalam budaya mengantri memang yang paling depan dan paling dahulu akan mendapatkan akses lebih cepat daripada yang baru mengantri, namun kita harus tetap menjaga diri agar tidak menerobos. Budaya mengantri membentuk disiplin serta rasa menghormati orang lain dan inilah cerminan ketaatan seseorang akan aturan yang berlaku. Mengantri merupakan cerminan cara kita mematuhi ketertiban umum tanpa adanya pengawasan.

Sekarang kita sudah memasuki masa New Normal menghadapi Pandemi Covid-19. Perlahan lahan ekonomi kita mulai aktif dan sejumlah toko sudah buka Kembali. Banyak usaha yang udah mulai kembali membuka usahanya, dan tentunya antrian akan mulai kembali seperti dulu cara perlahan.

Tidak dapat dipungkiri di Indonesia masih ada orang-orang yang yang melakukan queue jumping atau menerobos antrian untuk mendapatkan akses lebih cepat. Kita padahal tidak perlu berpikir bahwa antrian merupakan Survival of the fittest, dimana siapa cepat dia yang dapat

Masih ingatkah Kemarin pada saat waktu covid-19 mewabah dan kepanikan merajarela. Orang-orang berkerumun dan berlomba lomba membeli tisu, vitamin, masker dan berbagai macam barang lainnya yang mengakibatkan kerumunan yang tak terhindarkan di masa pandemic.  Bahkan dalam masa pandemipun, saat pertama kali toko baju dibuka menjelang lebaran orang-orang berkerumun dan berlomba lomba mencari baju baru.

Pada masa Ramadhan kemarin, banyak orang yang memiliki niat baik untuk berbagi. Pemerintahpun juga masih turun tangan dalam pembagian bantuan ke masyarakat. Cukup menyedihkan kalau melihat pembagian sembako yang bertujuan membantu dan menekan penyebaran Covid-19 menjadi tempat potensi penyebaran karena orang orang tidak mau bersabar dan mengantri dengan protocol Kesehatan berlaku.


Bahaya TIdak Mengantri, Memang Ada?

Pada masa pandemic ini kerumunan akibat tidak mengantri membawa bahaya lebih besar, terutama dalam hal Kesehatan. Padahal pada dasarnya Ketika tidak mengantri sudah ada berbagai macam bahaya seperti terdesaknya tubuh, bahkan terinjak injaknya badan dalam kerumunan. Kasihan mereka anak anak dan orang tua yang tubuhnya tidak dapat bersaing dalam kerumunan.

Kebiasaan tidak mengantri ini harus berhenti. Negara seperti Jepang memiliki mentalitas yang benar benar membudaya untuk mengantri. Hal ini benar-benar terlihat pada saat mereka tertimpa musibah gempa dan tsunami, dalam pembagian bantuan mereka mampu mengantri dengan benar di posko bantuan yang ada.

Dalam penerapannya di Indonesia kita masih harus banyak berbenah diri, karena banyaknya populasi serta pengawasan yang terbatas. kita harus memiliki kesadaran untuk mematuhi budaya dan aturan yang berlaku, serta menjadi pribadi yang lebih dapat bersabar. Kita harus bisa belajar menghormati orang lain, dan salah satu caranya adalah mengantri. Karena dengan mengantri kita mencerminkan rasa hormat kita terhadap orang lain yang menjaga antriannya.


Adaptasi Mengantri di Masa New Normal

Kita harus bisa mengurangi antrian dalam menyambut New Normal dengan cara menggunakan antrian digital dan pembatasan waktu kunjungan. Hal ini sudah diterapkan dengan beberapa tempat yang saya kunjungi seperti beberapa supermarket dan minimarket di Balikpapan yang membatasi jumlah pengunjung yang dapat ada di area toko pada waktu tertentu.

Di masa pandemi ini kemampuan teknologi akan sangat membantu dalam mengatasi masalah antrian. Beberapa contoh aplikasinya adalah seperti adanya antrian Virtual dan pendaftaran secara online. Kita bisa melakukan peralihan kegiatan menjadi berbasis online seperti mengadakan online workshop, diskusi secara live dengan influencer, launching produk baru online, pendidikan konsumen atau livestream event. Ada baiknya kita mulai beralih ke pelayanan online demi keamanan bersama.

Salah satu triknya pada supermarket dalam memanage antrian ternyata adalah dengan menaruh produk di dekat kasir. Produk produk ini akan menjadi bahan pengalih perhatian saat customer merasa bosan. Mereka menaruh barang-barang di tempat antrian atau di dekat kasir supaya orang-orang bisa melihat barang-barang tersebut, dan akan menguntungkan jika mereka membelinya selagi menunggu.


Kesimpulan

Pada masa pandemi ini, mematuhi antrian adalah cara menerapkan pembatasan sosial berskala besar di Indonesia. Sudah bukan waktunya kita untuk panik dan menerobos antrian. Tetap patuhi protocol new normal, sering mencuci tangan dengan bersih, jaga jarak, Serta tidak menyentuh hidung, mata  dan mulut. Besar harapannya setelah pandemic ini selesaipun indonesia bisa lebih dapat mematuhi antrian dan mematuhi aturan yang ada, perlahan berubah menjadi masyarakat yang lebih tertib.

#DirumahAja #NewNormal #Indonesia

 

Bahan Bacaan Lainnya

https://doingbusinessinindonesia.wordpress.com/2013/11/09/queue-is-not-a-word-for-indonesian-people/#jp-carousel-1320

https://cvaristonkupang.com/2015/10/12/antrean-yang-panjang-kenapa-bisa-terjadi-the-long-queue-why-did-that-happen/

https://en.tempo.co/photo/80469/indonesians-queue-for-free-food-during-covid-19-pandemic#foto-6

https://www.channelnewsasia.com/news/singapore/covid-19-ntuc-fairprice-stores-priority-hour-shopping-12570956

0