Riska Rabiana
09 Jul 2024 at 15:57


Kekerasan telah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia dalam berbagai bentuk, seperti kekerasan fisik, verbal dan emosional, yang setiap tahun mengganggu kedamaian dan kesejahteraan bersama. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa kasus kekerasan tercatat meningkat setiap tahun, mencakup berbagai konteks mulai dari kekerasan dalam rumah tangga hingga konflik sosial yang melibatkan anak-anak dan remaja. Laporan juga menunjukkan bahwa anak-anak sering menjadi korban karena rentan terhadap eksploitasi dan manipulasi oleh para pelaku kekerasan, yang sering kali tidak terdeteksi atau dilaporkan karena ketakutan akan balasan atau ancaman yang mereka terima. 


Selain itu, ketidaksetaraan ekonomi, pengangguran, dan kurangnya akses terhadap layanan sosial sering kali menjadi pemicu atau pendorong kejadian kekerasan. Beberapa kasus, kondisi ini memperburuk ketegangan dan konflik dalam masyarakat, meningkatkan risiko terjadinya kekerasan baik di ruang publik maupun dalam lingkup pribadi. Upaya untuk menanggulangi kekerasan tidak hanya memerlukan langkah-langkah pencegahan dan penegakan hukum yang kuat, tetapi juga perlu mendukung keadilan sosial dan ekonomi untuk menciptakan kondisi yang lebih aman dan stabil bagi semua anggota masyarakat.


Pendidikan adalah kunci utama dalam menolak kekerasan. Melalui pendidikan yang menanamkan nilai-nilai toleransi, empati, dan penghargaan terhadap perbedaan, kita dapat mencegah konflik yang berujung pada kekerasan. Anak-anak yang dididik dengan baik tentang pentingnya perdamaian akan tumbuh menjadi individu yang menghargai keberagaman dan mampu menyelesaikan konflik tanpa kekerasan. Menurut studi oleh UNICEF, program pendidikan yang menekankan resolusi konflik dan empati berhasil mengurangi insiden kekerasan di sekolah hingga 40%.


Keterlibatan komunitas juga memegang peranan penting dalam menolak kekerasan. Komunitas yang kuat dan saling mendukung dapat menciptakan lingkungan yang aman dan damai. Mengadakan kegiatan sosial, diskusi komunitas, dan program kesadaran dapat memperkuat ikatan sosial dan membantu mencegah terjadinya kekerasan. Sebagai contoh, konsep 'Neighbourhood Watch' mirip dengan ronda malam bersama atau kegiatan siskamling, di mana kelompok-kelompok masyarakat mengatur, mencegah, dan melaporkan kejahatan yang terjadi di lingkungan mereka.


Penegakan hukum yang adil dan transparan adalah elemen penting lainnya dalam menolak kekerasan. Masyarakat harus merasa bahwa hukum berlaku sama untuk semua orang dan bahwa pelanggaran akan ditindak dengan tegas. Transparency International seringkali meneliti dan mempublikasikan data mengenai korupsi di berbagai negara, dan ada beberapa studi yang menunjukkan bahwa korupsi dapat mempengaruhi stabilitas sosial dan keamanan, termasuk tingkat kekerasan. Namun, efek ini dapat diubah oleh banyak faktor lain seperti kebijakan keamanan nasional, ketimpangan ekonomi, dan faktor sosial budaya. Menurut laporan dari Transparency International, negara-negara dengan tingkat korupsi rendah cenderung memiliki tingkat kekerasan yang lebih rendah. Penegakan hukum yang adil memberikan rasa aman dan kepercayaan kepada masyarakat bahwa kekerasan tidak akan ditoleransi. 


Pelatihan resolusi konflik juga dapat membantu mencegah eskalasi kekerasan. Mengajarkan keterampilan mediasi, negosiasi, dan dialog kepada individu dan kelompok dapat membantu menyelesaikan perselisihan tanpa kekerasan. Sebagai contoh, program mediasi di komunitas miskin di Medellín, Kolombia, berhasil mengurangi tingkat kekerasan domestik secara signifikan dengan memberikan pelatihan resolusi konflik kepada warga. Di samping itu, Kolombia juga berhasil menurunkan angka kekerasan dan kejahatan properti sejak tahun 2018, meskipun merupakan negara dengan populasi yang padat.


Kesehatan mental yang baik adalah fondasi penting dalam menciptakan budaya damai. Stres, depresi, dan gangguan mental lainnya dapat meningkatkan risiko perilaku kekerasan. Oleh karena itu, layanan kesehatan mental yang mudah diakses dan berkualitas sangat penting. WHO mencatat bahwa peningkatan akses ke layanan kesehatan mental dapat mengurangi insiden kekerasan hingga 25% di beberapa komunitas. Dukungan kesehatan mental yang memadai dapat membantu individu mengatasi tekanan emosional yang dapat memicu kekerasan.


Media juga memiliki peran besar dalam membentuk opini dan perilaku masyarakat. Menggunakan media untuk mempromosikan pesan-pesan damai dan menolak kekerasan dapat mengubah cara pandang banyak orang terhadap kekerasan. Kampanye media 'Peace One Day', yang dimulai oleh Jeremy Gilley pada tahun 1999, bertujuan untuk mendapatkan dukungan global untuk hari perdamaian yang diakui secara internasional pada tanggal 21 September setiap tahunnya. Kampanye ini berusaha meningkatkan kesadaran global tentang pentingnya perdamaian dan mengajak individu serta komunitas untuk berkomitmen menolak kekerasan. Kampanye ini telah mencapai jutaan orang di seluruh dunia, meningkatkan kesadaran akan perdamaian dan berhasil mengurangi insiden kekerasan di wilayah-wilayah tertentu.


Menolak kekerasan bukanlah tugas yang mudah. Namun, dengan langkah-langkah konkret seperti pendidikan yang inklusif, keterlibatan aktif dalam komunitas, penegakan hukum yang adil, serta perhatian yang lebih pada kesehatan mental, kita dapat membangun fondasi untuk sebuah masyarakat yang lebih damai dan berkeadilan. Setiap upaya kecil dari setiap individu membawa dampak besar dalam melawan budaya kekerasan. Mari kita bersama-sama berkomitmen untuk menyemai kedamaian, merangkul perbedaan, dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan cara ini, kita tidak hanya melawan kekerasan, tetapi juga membangun masa depan yang lebih cerah untuk generasi mendatang.

0