Riska Yuli Nurvianthi
18 Mar 2020 at 19:05
Penyebaran virus Covid-19 atau yang kerap dikenal dengan kata “Corona” semakin meluas dan menyebabkan jatuhnya banyak korban jiwa, kerugian harta benda, dampak psikologis pada masyarakat yang mengancam maupun mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat. Sejak Januari 2020, WHO (World Health Organization) mengumumkan penyebaran virus Covid-19 yang menjadi penyakit baru di Provinsi Hubei (Wuhan), Negara Cina menjadi darurat kesehatan masyarakat dari kepedulian internasional. Seperti penyampaian WHO yang menyatakan bahwa resiko tinggi penyakit Covid-19 yang muncul pada tahun 2019 di Wuhan dapat menyebar ke negara lain dan sekitarnya. Pernyataan tersebut menjadi pengumuman yang mencekam seluruh dunia, sebab penyebaran dari Wuhan dengan Negara terdekatnya menuju Eropa hingga negara Asia, dimana sejak 28 Februari 2020 Covid -19 akhirnya masuk juga di Negara yang memiliki kekebalan imunitas tinggi yakni Indonesia.
Penyebaran virus mematikan dengan waktu yang sangat cepat, hingga saat ini belum ditemukan secara pasti obat sintetik kimiawinya. Sehingga kasus ini menjadi critic problem terhadap kesehatan dunia dan menjadi kekhawatiran seluruh masyarakat. Penyakit Covid-19 menurut penulis sendiri masuk dalam tipe virus yang single stranded RNA, dimana virus ini cukup lemah terhadap suhu tinggi yang menyebabkan mekanisme respon tubuh menjadi demam adalah bentuk defense. Seperti kebanyakan penyakit yang virus-based (penyakit yang diakibatkan karena virus) pada dasarnya sangat sulit menemukan obat penawarnya. Sangat berbeda dengan kategori penyakit yang bactery-based (penyakit yang diakibatkan karena bakteri) yang memiliki penawar dari zat kimiawi (obat sintetik).
Cara efektif mengatasi Covid-19 yang merupakan virus based adalah memperkuat sistem imunitas dalam tubuh dengan konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kadar karbohidrat-protein, vitamin-mineral berimbang dan higenis serta disertai pola hidup yang sehat seperti mengurangi aktivitas yang dapat menurunkan kadar oksigen dalam tubuh sehingga kekuatan imunitas tubuh menurun. Opsi lain yang tidak sedikit digunakan medis dalam penanganan virus-based adalah pemberian vaksin atau vaksinisasi. Artinya mengirimkan sampel materi genetic virus yang sudah dimodifikasi sehingga tidak berbahaya bagi keadaan tubuh seseorang (tidak virulence lagi) sebab tubuh akan mengenali pola genetik virus dan membentuk protein imun yang sesuai agar dapat membendung penyebarannya.
Namun tidak semua virus berhasil dengan adanya vaksinisasi yang dilakukan termasuk beberapa virus yang memiliki mutation rate yang tinggi, karena dapat menyebabkan vaksin cepat usang sehingga tingkat imunitas tubuh seseorang tidak lagi mampu untuk mengenali virus yang menggerogoti tubuhnya dan tidak mampu mengaktifkan defense body system-nya. Hal ini juga yang masih dipelajari tenaga medis di seluruh dunia termasuk WHO sendiri terhadap gen Covid-19, apakah masuk dalam kategori mutation rate tinggi sebab menemukan sebagian struktur genetic yang conserved dari Covid-19 itu tidaklah mudah terlebih sangat ganas dalam penyebaran dalam tubuh.
Covid-19 bisa dikatakan virus based yang memiliki mortality rate yang signifikan sangat tinggi jika dilihat dari frekuensi penyebarannya dalam tubuh secara cepat dan tidak mandang bulu. Penerapan dalam pengobatan virus ini tidaklah sesuai jika diberikan dengan antibiotik karena antibiotik digunakan untuk bactery based namun dapat di lakukan pemberian antivirus untuk menghambat replikasi virus, juga cairan infus yang selebihnya tetap mengandalkan kekebalan tubuh masing-masing seseorang. Sehingga penanganan terbaik dalam mencegah penyakit Covid-19 pendemik secara bersama adalah meningkatkan daya tahan tubuh dan dalam keadaan higenis setiap masyarakat agar dapat kembali beraktifitas seperti biasa untuk tetap konstruktif membangun pertahanan diri dan ekonomi bangsa.
1