R. Prima Jaka Mulya
11 Mar 2020 at 03:01Seperti yang kita ketahui, tanggal 1 Oktober 2018 Kemarin menjadi hari peringatan "Internasional Coffee Day" atau Hari Kopi Sedunia. Nah, ini nih yang kamu perlu tahu, tentang tradisi budaya ngopi di berbagai daerah di Indonesia. Bisa jadi ilmu pemersatu bangsa juga loh. Kok bisa?
Indonesia masih menduduki peringkat keempat dunia penghasil kopi setelah Brazil yang menempati urutan pertama, disusul Vietnam, dan Kolombia di peringkat ketiga. Dari segi kualitas sebenarnya kopi Indonesia tidak kalah dengan berbagai kopi dari ketiga negara itu, bahkan bisa dikatakan kualitas kopi Indonesia yang terbaik di dunia. (sumber: http://www.beritasatu.com/investor/463542-kopi-indonesia-terbaik-di-dunia.html)
Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki kopi dengan ciri khas karakter dan rasanya, baik itu jenis Arabica maupun Robusta. Bahkan beberapa daerah ada juga yang menghasilkan kopi dengan jenis liberica/excelsa, yaitu jenis kopi dari hasil perkawinan silang antara Arabica dan Robusta dengan tingkat medan penanaman yang mengikuti kontur tanah daerah masing-masing. Negara kita memang kaya akan hasil buminya. Dan terpujilah bagi para petani yang penuh dengan dedikasi dalam menanam, merawat, sampai dengan memanennya. Bahkan pasca panen pun para petani masih harus terus memperlakukan buah kopi dengan sangat baik dan optimal.
Berbicara soal kopi. Indonesia memang jagonya, bahkan setiap daerah memiliki cara untuk menikmatinya atau biasa yang kita sebut dengan "Budaya Ngopi". Hampir setiap hari masyarakat di Indonesia pasti selalu tidak jauh dari yang namanya ngopi. Bahkan sehari bisa sampai 3 kali untuk meminum kopi. Ini nih beberapa daerah yang memiliki budaya ngopi teman-teman, diantara nya:
- DI Yogyakarta dan Jawa Tengah. Kedua daerah tersebut dikenal salah satunya karena Kopi Joss atau kopi yang dicampur oleh arang yang masih membara dengan api. Eh jangan salah tanggap dulu. Ini arangnya tidak sembarangan loh, ini arang pilihan sehingga aman dikonsumsi.
- Aceh. Tradisi budaya ngopi dipengaruhi dengan daerah penghasil kopi terbaik di dunia. Kopi yang sangat terkenal adalah Aceh Gayo dengan peringkat kopi terbaik keempat di Indonesia (sumber: https://www.google.co.id/amp/s/amp.kompas.com/travel/read/2017/08/19/090800827/ini-rekomendasi-kopi-terbaik-indonesia-yang-harus-anda-coba). Setidaknya terdapat 3 tradisi ngopi di daerah ini. Pertama, Kopi Sanger, yaitu kopi yang disaring dan ditarik berulang-ulang lalu dicampur dengan Susu. Kedua, Kopi Walik atau minum kopi dengan penyajian gelas dan piring kecil, yang mana gelasnya dibalik diatas piring kecil tersebut. Tradisi ini juga menjadi tradisi masyarakat di beberapa wilayah Jawa Tengah. Ketiga, Kopi Tarik. Kopi ini kurang lebih hampir sama dengan Kopi Sanger, tetapi bedanya tanpa proses penyaringan.
- Masih di Sumatera, yakni di Sumatera barat. Terdapat tradisi budaya ngopi yang dikenal dengan Kopi Kawa Daun. Disana kopi dibuat dari daun kopi yang dikeringkan, kemudian diseduh, dan disajikan menggunakan batok kelapa. Sejarahnya, ketika Indonesia dijajah Belanda dan masyarakat dipaksa untuk menanam cengkeh, mereka (masyarakat Sumatera Barat) tidak sempat merasakan kopi. Mereka mempunyai ide untuk mengambil daun kopi dan diseduh. Menurut pengakuan masyarakat setempat, rasanya mirip teh. Selain itu, tradisi minum kopi lainnya di Sumatera Barat yaitu Kopi Talua. Kopi talua sejatinya adalah kopi yang diracik bersama kuning telur. Kuning telur ayam kampung atau telur itik mentah dikocok hingga berbuih. Ketika dikocok, telur ditambahkan gula. Kuning telur yang telah dikocok itu lalu dicampur ke dalam kopi yang sudah diseduh air panas dalam gelas hingga kental.
- Medan, Sumatera Utara. Masyarakat Medan memiliki tradisi minum kopi yang dicampur dengan daging durian. Durian yang digunakan berasal dari Sidikalang, Medan. Cara pembuatan kopi durian yaitu dengan mencampurkan daging durian yang telah dihaluskan menggunakan campuran es menggunakan blender ke dalam kopi yang telah diseduh. Buah durian yang digunakan harus dalam kualitas yang baik untuk menjaga aroma dan rasa saat bercampur dengan kopi.
- Flores Bajawa, Nusa Tenggara Timur. Tradisi Pesta Penti yang digelar masyarakat Bajawa sebagai bentuk rasa syukur atas melimpahnya hasil panen. Pada umumnya, tradisi Pesta Penti diselenggarakan pada bulan Agustus dan September. Masyarakat desa berkumpul, bertemu untuk sekedar makan bersama, silaturahmi, menampilkan tarian adat, dan tentunya minum kopi.
- Tradisi unik kopi lainnya di Indonesia adalah Kopi Tubruk. Menyeruput tubruk atau menyeduh biji secara langsung merupakan cara yang paling banyak digunakan masyarakat Indonesia.
- Tulungagung, Jawa Timur juga memiliki tradisi unik ngopi yaitu Kopi Cethe. Cethe merupakan kata benda yang artinya ampas wedang kopi atau ampas seduhan kopi panas yang telah diendapkan dan siap untuk dioles-oleskan pada batang rokok. Sedangkan Nyethe merupakan kegiatan mengoles-oleskan ampas wedang kopi tersebut pada batang rokok.
- Banyuwangi, Jawa Timur. Tradisi kearifan lokal minum kopi Suku Osing, di Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Banyuwangi, diangkat dalam Festival Ngopi Sepuluh Ewu. Ribuan cangkir kopi dan makanan ringan tradisional disuguhkan secara cuma-cuma bagi semua pengunjung yang datang. Mereka memiliki semboyan "Sak Corot Dadi Sakduluran" yang artinya Sekali Seduh Kita Bersaudara. Festival ini menjadi bagian dari upaya menjaga semangat gotong royong. Masyarakat rela menyuguhkan secara gratis kopi dan makanan untuk semua orang yang bahkan belum dikenal. Meski terkesan sederhana namun cara ini ampuh untuk merajut persatuan di antara kita.
- Toraja, Sulawesi Selatan. Nikmati ngopi Toraja didepan Gunung Nona Enrekang, Sulawesi Selatan. Keelokan Gunung Buttu Kabobong atau yang terkenal dengan sebutan gunung nona memang sudah terjelajah luas di dunia maya. (sumber: https://www.indonesiacayo.com/2017/05/nikmatnya-ngopi-didepan-gunung-nona.html?m=1)
- Papua, Papua Barat. Ngopi dan ngebul juga menjadi kebiasaan dari suku Mbaham Matta, salah satu suku yang mendiami Fakfak, Papua Barat. Dua kebiasaan itu bahkan telah mengakar menjadi tradisi yang lekat pada alam budaya Mbaham Matta. Tidak hanya kaum laki-laki, tetapi juga perempuan. Masyarakat Mbaham Matta memiliki cara tersendiri dalam menempatkan kopi dan rokok sebagai bagian dari hidup sehari-hari. Latar belakang mata pencaharian mereka yang dikenal adalah petani 'henggi' (pala), membuat kebiasaan ngopi tidak hanya ditemukan di rumah, tetapi juga bisa dilakukan di kebun pala, sebagai penghormatan untuk pohon pala. Menikmati kopi di kebun di dekat pohon pala (istilah masyarakat lokal 'kasih makan pala') adalah juga sekaligus ekspresi pengharapan agar buah dapat tumbuh lebat minggu masa panen mendatang. Ada sebutan terpisah untuk kopi dalam bahasa Iha (bahasa ibu dari orang Mbaham Matta) yaitu “Mehak”. Mehak adalah kata lain dari kopi ampas, yang tidak hanya biasa disuguhkan di waktu senggang saja, tetapi juga pada saat ada ritual adat seperti perkawinan. Bagi orang Mbaham Matta, Mehak menjadi semacam menu wajib saat para tetua adat melangsungkan pembicaraan. Barangkali, mirip dengan kaum muda masa kini yang terbiasa menggunakan kata 'ngopi' itu sendiri sebagai kata ganti nongkrong atau kumpul-kumpul. Lebih jauh lagi, Mehak Mengungkapkan juga punya kelebihan magis. Melalui cahaya Mehak, orang-orang tua yang dianggap memiliki daya linuwih dapat menerawang dan membaca pikiran dan kepribadian orang. Selain itu, Mehak juga dapat difungsikan untuk mencari orang hilang, melalui bercak ampas yang diminumnya. (sumber: https://www.minumkopi.com/mehak-mahe-tuni-ngopi-dan-ngebul-di-papua-barat/ )
Masih Banyak lagi Tradisi budaya ngopi dari daerah lain di Indonesia yang masih belum teridentifikasi atau belum diobservasi dan dieksplorasi sebagai wadah edukasi budaya di Indonesia. Belajar dari tradisi ngopi Suku Osing di Banyuwangi, mereka memiliki semboyan "Sak Corot Dadi Sakduluran", yang artinya Sekali Seduh Kita Bersaudara. Terdengar indah bukan? Bagaimana dengan kamu, apakah masih ada tradisi ini di dalam jiwa kamu? Ada baiknya untuk kita terus melestarikan tradisi budaya ini untuk bersama-sama belajar bahwa sesuatu yang datangnya dari yang Maha Kuasa itu menjadi suatu kenikmatan yang patut kita syukuri, karena atas seizinnya pun kopi itu bernafas. Meskipun rasa dan cara kita menyeduh kopi berbeda-beda, justru itu yang menunjukkan kenikmatan Indonesia. Jangan lupa, Ngopi Dulu Kuy!
2