A Sofyan N
12 Mar 2020 at 13:27


Rutinitas manusia sekarang sangat mudah ditebak. Aktif dalam menggunakan internet dan waktu yang lebih banyak digunakan untuk berselancar di dunia maya terkhusus media sosial. Bukanlah sebuah rahasia lagi. Di indonesia sendiri penggunanya juga tidaklah sedikit. Kecanggihan teknologi ponsel pintar atau smartphone lebih memudahkan masyarakat dalam mengakses internet dan aktif bermedia sosial, dimana saja dan kapan pun.

Dengan menggunakan media sosial, memungkinkan penggunanya untuk saling berinteraksi antar individu atau bahkan komunitas, karena salah satu tujuan media sosial ialah mempermudah beberapa atau banyak orang yang memilik kesamaan minat. Beberapa media sosial yang terkenal di kalangan pengguna seperti Facebook, Twitter, Instagram, Youtube dan Pinterest.


Lajunya Penyebaran Berita

Pada dasarnya media sosial adalah layanan online yang memberikan kesempatan bagi penggunanya untuk mencari informasi, sumber referensi, ruang untuk berbagi dan sebagai alat untuk menghasilkan uang dengan berpromosi, jual beli online, dan lain sebagainya. Namun ada juga pihak yang menggunakan media sosial untuk menyebarkan berita bohong, ujaran kebencian dan isu-isu yang memungkinkan munculnya perpecahan atau perbedaan pendapat antar masyarakat.

Mudahnya masyarakat dalam mengakses informasi, membuat beberapa oknum memanfaatkan celah yang ada. Masyarakat yang haus akan informasi-informasi terkini, kadang tidak lagi mengindahkan kebenaran atau fakta terkait informasi yang sedang menjadi buah bibir. Tanpa menyaring, beberapa beberapa informasi dengan mudahnya menyebar dan memenuhi seluruh timeline media sosial. Entah itu berita benar maupun berita yang tidak jelas kebenaran bahkan sumbernya tidak diketahui.

Semuanya terjadi secara otomatis. Seorang pengguna mendapatkan sebuah informasi di media sosial. Dengan menggunakan tombol share, dalam hitungan detik informasi tersebut telah menyebar. Kemudian disebarkan dan sebarkan lagi oleh pengguna. Selain itu komentar dan juga like yang diberikan oleh pengguna lain di media sosial, akan membantu terangkatnya sebuah informasi. Analoginya dapat disamakan dengan laju cahaya.


Pudarnya Sekat antara Fakta dan Opini

Mengikuti alur penyebaran berita. Maraknya hoax yang bertebaran di masyarakat, malah mematikan nalar dan akal sehat publik. Tak ada lagi perbedaan antara fakta dan juga opini. Keduanya sama-sama memengaruhi pola pikir masyarakat dalam menyerap informasi di media sosial.

Berita yang belum tentu benar, dipercayai oleh beberapa pengguna. Fakta-fakta pun dimunculkan oleh beberapa pengguna media sosial lainnya, untuk menyanggah atau sekadar menebar dan membantu mengangkat popularitas berita yang sedang hangat-hangatnya.

Beberapa minggu belakangan, Indonesia sedang diramaikan oleh berita kemunculan sejumlah perkumpulan yang menyebut diri mereka adalah penduduk yang memiliki kewenangan dan menghadirkan keadatan serta kepercayaan baru. Beberapa diantaranya ialah Keraton Agung Sejagat, Sunda Empire dan Kesultanan Selaco. Dalam penulusuran pihak berwenang akan keberadaan beberapa kerajaan baru ini, memang ada dan sesuai dengan fakta informasi munculnya kerajaan-kerajaan baru di Indonesia. Namun, setelah ditelusuri lagi dan dilakukan investigasi, beberapa diantaranya hanyalah kerajaan yang dibuat-buat. Atau secara halus, hanyalah kerajaan yang berlandaskan sebuah opini beberapa oknum saja dan tidak diikuti dengan fakta sejarah berdirinya kerajaan mereka.

Selain isu perihal kemunculan kerajaan-kerajaan baru di Indonesia, masyarakat juga tengah disibukkan dengan berbagai macam berita-berita lainnya baik di sosial, maupun politik global bahkan universal. Masyarakat dibuat untuk melupakan mana yang fakta dan mana yang merupakan sebuah opini atau sekadar pemikiran yang tidak dilandasi oleh informasi-informasi yang konkret. Ini merupakan kegagalan pengguna media sosial dalam memanfaatkan platform dunia maya.


Media Pengalihan Isu

Gejolak masyarakat beberapa minggu belakangan ini menunjukkan bahwa perdebatan yang terjadi bukan hanya perihal satu isu saja, namun menjadi kompleks ketika masuk ke ranah lingkungan sosial masyarakat termasuk media sosial.

Pemerintah dan juga pemimpin masa kini, tengah berusaha menyalakan api nasionalisme untuk mereduksi kecenderungan perbedaan serta perdebatan yang semakin menjadi-jadi di lingkungan masyarakat.

Upaya yang dilakukan dengan niat baik ini, terbukti belum mampu masalah kurangnya rasionalitas masyarakat dalam memandang persoalan bangsa. Isu-isu yang bertebaran di media sosial, terkadang dijadikan kambing hitam atau sengaja dimunculkan untuk menjadi pengalih isu penting yang ada.

Oknum yang tidak bertanggung jawab atau lebih dikenal dengan buzzer secara beramai-ramai membantu pengalihan isu ini. Dengan menggunakan popularitas media sosial dalam menyebarkan berita-berita di lingkup masyarakat. Atau bisa jadi kesalahan yang dilakukan oleh pengguna media sosial yang membantu membagikan sebuah berita tanpa menyaringnya terlebih dahulu.

Dengan mudahnya sebuah isu penting tertutupi oleh berita yang sedang populer. Disengaja atau atas dasar ketidak sengajaan, pengalihan isu itu telah terjadi dan dengan cepatnya menyebar di media sosial. Sekali lagi, media sosial bisa disalahkan.

Media sosial memudahkan manusia untuk terhubung satu sama lain. Meskipun tidak adanya elemen dialog dan deliberasi. Di belakang penggunaan teknologi masa kini seperti internet, para pengguna internet harus memiliki konsep ataupun dasar agar informasi dapat dengan mudah ditarik dan diolah, kemudian fakta yang terlampir dapat tersampaikan pada masyarakat baik melalui interaksi langsung maupun interaksi di media sosial.

Manfaat teknologi informasi bergantung pada bijaknya pengguna platform internet. Dengan memberikan perhatian yang tepat dan juga tidak mudah tersulut oleh isu yang belum tentu benar, akan membantu membersihkan media sosial dari informasi-informasi negatif ataupun berita bohong.

0