Siti Zubaidah
31 Dec 2020 at 19:20


OPINI – Namanya Najat Belkacem, kelahiran 1977 di perkampungan miskin dan kumuh Bni Chicker, Maroko, anak kedua dari tujuh bersaudara. Keluarganya miskin. Bahkan, sebagai anak perempuan kedua dia harus membantu keluarganya menggembala kambing. Di sela-sela waktunya menggembala kambing, Najat merenung, bermimpi, dan bercita-cita menjadi kepala negara.

Anak miskin penggembala kambing di kampong kumuh di Maroko, bercita-cita menjadi kepala negara. Siapa yang tidak menertawakan? Namun, Najat tetap menggenggam impiannya dan bercita-cita. Terus belajar dan kerja keras.

Saat Najat remaja, sang ayah memindahkan keluarganya ke Prancis. Dia pikir, kehidupan di Prancis akan lebih baik. Kenyataannya berkata lain. Ternyata, ada yang lebih buruk daripada “hidup miskin di negeri sendiri” … yaitu “hidup miskin di negara orang”. Mereka tinggal di daerah kumuh disebuah hunian kecil yang tidak layak. Ditambah, setiap hari mereka masih diledek sebagai “imigran”.

Namun, Najat tetap percaya pada impiannya untuk menjadi kepala negara. Dan dia pun terus belajar dan kerja keras.

Begitu mahasiswa, Najat mendapatkan beasiswa ke sekolah tinggi politik terbaik di Prancis. Setelah lulus, kariernya berkembang pesat. Dan kini, Najat menjadi menteri Pendidikan Prancis.

Dari seorang anak penggembala kambing di Maroko, dia menjadi Menteri Pendidikan di Prancis. Apakah Najat akan mencapai cita-citanya sebagai kepala negara?

Kita belum tahu sekarang, tapi, yang jelas ia sudah mencapai hal yang luar biasa dalam hidupnya. Dan itu semua karena ia bermimpi, percaya pada impiannya dan bekerja keras untuk meraih impiannya itu.[1]

***

Jadi, kita memang harus punya cita-cita yang tinggi. Setinggi-tingginya. Cita-cita itu kan membuat kita terobsesi seumur hidup kita untuk dapat meraihnya.

Bukankah Indonesia merdeka merupakan cita-cita bangsa saat di jajah? Para pejuang bercita-cita untuk merdeka dan yakin bahwa mereka mampu merdeka walaupun para pejuang belum tahu apakah para pejuang dapat mengalahkan penjajah ataukah akan hancur di tangan penjajah. Para pejuang hanya yakin dan percaya pada cita-cita perjuangan yaitu meredeka. Para pejuang bekerja keras hingga akhirnya cita-cita merdeka tersebut menjadi kenyataan.

***

Saya sendiri waktu berumur 15 tahun bercita-cita untuk dapat jalan-jalan  ke London dan terobsesi untuk dapat menginjakkan kaki di London walaupun saya tidak tahu bagaimana itu London. Sebagai seorang anak petani di Kalimantan Selatan, tentu saja banyak yang menertawakan saya, bukan? Namun saya percaya bahwa suatu saat nanti saya akan berhasil menginjakkan kaki di London.  Saya juga belajar dan kerja keras seumur hidup saya. Meskipun hingga saat ini cita-cita saya belum berhasil. Saya belum berhasil jalan-jalan ke London; saya baru berhasil jalan-jalan ke Turki dan Arab Saudi!

But … It’s Ok, right.

 

Bagaimana? Sudahkan Anda mulai bermimpi setinggi mungkin?

Jika belum, mulailah bermimpi! (Zu/Nov)

[1] S. Pambudi Sunarsihanto.(2017) Think Different, Act Differently. Bandung: Kaifa.

0