Siti Resa Mutoharoh
19 May 2020 at 22:41Sejak diumumkannya kasus pertama di Indonesia pada bulan
Maret lalu, perhatian masyarakat pun tertuju pada virus corona covid-19. Semakin meningkatnya persebaran virus baru tersebut,
menyebabkan lini masa pun dipenuhi dengan berbagai informasi terkait covid-19. Termasuk, dengan adanya penggunaan media sosial yang
melonjak diera pandemi corona, menyebabkan arus informasi pun ikut masif dan
tak terbendung.
Banyaknya informasi covid-19 yang diterima oleh masyarakat, nyatanya mampu
mengakibatkan kondisi psikis dan fisik pun menjadi terganggu. Infografik
swaperiksa cemas depresi Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia
(PDSKJI) tentang “Masalah Psikologis terkait Pandemi covid-19 di
Indonesia” mencatat, hingga per bulan April, dari 1522 swaperiksa di web
PDSKJI terdapat tiga masalah yang ditemui yakni kondisi cemas, depresi dan
trauma psikologis.
Data PDSKJI pun mencatat, sebanyak 63% dari jumlah pengakses layanan swaperiksa
masalah psikologis secara online tersebut mengalami
kecemasan, dan 66% mengalami depresi akibat pandemi covid-19.
Selain itu, akibat dari menerima asupan informasi yang berlebihan (overload information), ternyata dapat memicu gangguan psikosomatik. Menurut dr. Andri, SpKJ, FACLP, Psikosomatik adalah kondisi keluhan fisik yang berkaitan dengan masalah psikologis. Gangguan Psikosomatik pun, bisa diperparah dengan pikiran dan emosi yang biasanya di picu dari stres, takut dan depresi akibat dari informasi yang kita baca.
Informasi yang diterima seseorang tersimpan dalam
Amygdala (pusat rasa cemas dan pusat memori dalam otak). Apabila Amygdala
bekerja terlalu keras akibat dari information overload, maka akan
mengaktifkan sistem saraf otonom (sistem saraf tak sadar atau alam bawah sadar)
secara berlebihan yang mengakibatkan kita pun menjadi selalu dalam kondisi
siaga terus menerus. Atau ketika kita terlalu banyak menerima informasi terkait
covid-19, lalu tanpa sadar kita pun merasakan
gejala-gejala covid-19.
Terdapat ciri-ciri gejala gangguan psikosomatik, diantaranya, gejala tersebut (seperti demam, gatal tenggorakan dan gejala lain) dipicu oleh stres psikologis, terdapat cemas yang dominan, gejala yang dirasakan bisa hilang-timbul, dan gejala yang dirasakan pun terasa berpindah-pindah. Kemudian terdapat beberapa keluhan fisik akibat dari gejala psikosomatik diantaranya, jantung berdebar, sakit perut, nyeri di leher atau pundak, lelah (meski tidak bekerja), merasa kurang energi, pusing atau sempoyongan, asam langbung tinggi, telinga berdengung, berkeringat banyak, dan gemetar atau menggigil.
Adapun beberapa cara untuk mengurangi atau meredakan gangguan psikosomatik akibat covid-19 diantaranya:
Batasi Asupan Berita
Dengan membludaknya informasi yang diterima, terutama
melalui media sosial terkait semakin banyaknya jumlah positif corona, banyaknya
PHK dimana-dimana, dll menyebabkan stres sehingga menimbulkan gejala
psikosomatik. Dengan begitu, agar gejala tersebut bisa mereda maka kita harus
membatasi berita yang dikonsumsi. Artinya, kita hanya menerima atau mengakses
berita hanya sekedar untuk mengetahui bagaimana perkembangan covid-19 guna
meningkatkan kewaspadaan, sehingga besar kemungkinan kita pun tidak akan
menerima informasi hoaks yang terkadang lebih membuat kita cemas dan stres.
Meluangkan Waktu untuk Relaksasi
Dengan meluangkan waktu untuk relaksasi, semisal melatih
pernapasan minimal 10 menit perhari bisa menghindari kita dari gangguan
psikosomatik. Relaksasi dengan pernafasan bisa dilakukan dengan dua cara,
pertama pernafasan perut, dilakukan dengan duduk
bersila, tubuh tegap, kemudian letakkan kedua
tangan di depan dada. Setelah itu, bernapaslah secara
perlahan melalui hidung dan hembuskan melalui
mulut. Dengan cara demikian, kita bisa merasakan
adanya kontraksi otot-otot perut, sementara tangan lainnya tidak bergerak.
Kedua, dilakukan dengan stimulasi pernapasan (pernapasan variasi dari olahraga yoga) yang alangkah baiknya dilakukan di luar
ruangan. Stimulasi pernapasan tersebut dapat dilakukan dengan cara duduk santai dan mulai bernapas melalui hidung
dengan cepat dengan mulut tertutup. Kemudian, lanjutkan pernapasan normal setelah
menyelesaikan setiap siklus. Lakukan setiap 5 kali bernapas cepat.
Melakukan Aktivitas yang Menyenangkan
#dirumahaja
Dikarenakan pemerintah menganjurkan kita untuk
#dirumahaja guna memutus mata rantai covid-19 yang pastinya membuat kita merasa jenuh dan bosan.
Maka untuk menjaga kesehatan mental, kita bisa menggunakan masa karantina ini,
sebagai waktu untuk mengasah hobi, semisal memasak, berkebun, menulis dan
aktivitas lainnya yang membuat kita merasa senang melakukannya.
Tetap Berkomunikasi secara Langsung dengan
Orang-orang di sekitar
Meskipun kita dianjurkan untuk Physical Distancing
(Menjaga jarak satu sama lain), kita pun mesti tetap berkomunikasi, minimal dengan
orang-orang terdekat di rumah. Pasalnya, manusia sebagai makhluk sosial pasti
sangat membutuhkan komunikasi atau berinteraksi dengan orang lain sebagai upaya
menyalurkan sisi kemanusiannya. Sehingga apabila naluri tersebut tidak
tersalurkan, bisa mengakibatkan jenuh dan stres.
Empat cara tersebut bisa dilakukan dengan mudah
#dirumahaja, guna menjaga diri dari gangguan Psikosomatik. Dengan tetap menjaga
kondisi psikis dan fisik di masa pandemi ini terutama menghindari asupan
informasi yang berlebihan, maka imun pun akan kuat. Jika imun kuat, maka
kitapun akan bisa melawan wabah covid-19 dan ikut berkontribusi dalam memutus mata rantai
wabah corona di muka bumi ini, terkhusus di Indonesia.
0