Nurikrimah
29 Oct 2024 at 15:10


Pada 21 Oktober 2024, militer Israel membakar Rumah Sakit Indonesia di Gaza, menambah luka mendalam bagi rakyat Palestina dan memicu gelombang kecaman global. Tindakan biadab ini menghancurkan fasilitas medis yang sangat krusial di tengah konflik, menewaskan beberapa pasien, dan menutup akses kesehatan yang tersisa di wilayah yang telah terkepung blokade bertahun-tahun. Pembakaran rumah sakit ini bukan hanya kejahatan perang, tapi juga bentuk penghinaan terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang paling dasar.

 

Dalam konflik berkepanjangan ini, rumah sakit seharusnya menjadi zona aman, netral dari kekerasan. Namun, Israel menargetkan fasilitas vital ini seakan ingin menghapus harapan terakhir rakyat Palestina. Dunia seperti membutakan mata dan menutup telinga, sementara setiap hari ada korban jiwa dan penderitaan mendalam. Hingga kapan Palestina harus bertahan sendirian, dihantui kekerasan dan kekejaman tanpa akhir? Pertanyaan yang lebih besar adalah: di mana peran komunitas internasional yang seharusnya melindungi mereka? 

 

Indonesia, sebagai negara yang memiliki solidaritas kuat dengan Palestina, tidak boleh hanya berhenti pada kecaman verbal. Kabinet baru yang telah dilantik punya tanggung jawab besar untuk segera merumuskan langkah nyata dalam diplomasi internasional. Dunia perlu diingatkan bahwa Palestina bukan hanya isu politik, melainkan krisis kemanusiaan yang mendesak. Tanpa gerakan kolektif, kekerasan ini akan terus berlanjut dan harapan perdamaian semakin jauh dari jangkauan.

 

Sikap pasif komunitas internasional, termasuk Amerika Serikat, semakin membuat frustasi. Amerika yang dikenal memiliki kendali atas banyak kebijakan global ternyata memilih untuk bungkam atau bahkan membiarkan kekerasan ini terjadi. Bukankah negara ini selalu mengklaim menjunjung tinggi hak asasi manusia? Lalu, mengapa sekarang mereka tidak bertindak? Apakah benar tujuan akhirnya adalah menghancurkan Gaza dan menghilangkan Palestina dari peta? Kenyataan ini menggambarkan betapa kepentingan politik telah mengalahkan rasa kemanusiaan.

 

Tindakan Israel yang menargetkan rumah sakit ini tidak lagi sekadar upaya pertahanan, tapi bentuk penghancuran terencana. Tidak ada yang bisa membenarkan aksi seperti ini, yang menggambarkan betapa jauh manusia bisa berubah menjadi sosok tanpa belas kasihan. Israel telah memperlihatkan wajah kekerasan paling buruk, ibarat iblis berwujud manusia, menindas dan menghancurkan tanpa rasa bersalah. Dunia harus segera bangun dari ketidakpedulian ini dan mengakhiri penderitaan di Gaza.

 

Setiap hari di Palestina adalah perjuangan untuk bertahan hidup, dengan nyawa yang bergantung pada secuil bantuan dan fasilitas yang kian habis. Indonesia tidak boleh hanya menjadi penonton di tengah tragedi ini. Diplomasi harus digerakkan dengan lebih tegas, bukan hanya melalui PBB, tetapi juga dengan menggandeng negara-negara yang berpihak pada keadilan. Harapan masih ada jika kita berani bersuara dan bergerak bersama.

 

Aksi nyata dari masyarakat Indonesia juga sangat dibutuhkan. Penggalangan solidaritas publik harus terus digencarkan. Setiap bentuk dukungan, baik dalam bentuk kampanye sosial, bantuan kemanusiaan, maupun desakan kepada pemerintah, bisa menjadi bagian penting dari perjuangan ini. Palestina tidak boleh dibiarkan berjalan sendirian dalam menghadapi kekerasan ini.

 

Diam berarti bersekutu dengan ketidakadilan. Dunia sudah terlalu lama membiarkan Palestina tercekik tanpa tahu kapan semua ini berakhir. Apakah kita akan terus menjadi saksi bisu dari kekejaman yang tak pernah usai ini? Jika kita tidak bertindak sekarang, mungkin tidak akan ada lagi kesempatan bagi Gaza untuk bangkit dan pulih.

 

Indonesia, dengan prinsip kemanusiaannya dan posisi di komunitas internasional, memiliki tanggung jawab moral untuk mendorong perubahan. Ini bukan hanya soal politik luar negeri, tetapi tentang membela hak-hak manusia yang paling mendasar: hak untuk hidup, untuk sehat, dan untuk bebas dari penindasan. Jangan biarkan penderitaan Palestina menjadi sekadar statistik atau headline berita tanpa makna.

 

Saat ini, yang dibutuhkan bukan hanya kata-kata kecaman, tetapi langkah konkret dan keberanian untuk bergerak. Jika kita tidak bisa memberikan harapan bagi Palestina, siapa lagi yang akan melakukannya? Jangan biarkan kekerasan terus merampas masa depan Gaza. Dunia harus bersatu untuk menghentikan kekejaman ini dan memastikan bahwa hak-hak rakyat Palestina dijamin, tanpa terkecuali.

 

Tragedi ini harus menjadi pengingat bahwa solidaritas bukan hanya sekadar slogan. Ini tentang keberpihakan pada kemanusiaan. Dunia harus segera berubah, sebelum semuanya terlambat. Mari kita buktikan bahwa harapan masih bisa hidup di tengah gelapnya kekejaman. Palestina tidak boleh dilupakan, dan perjuangan mereka adalah perjuangan kita semua.

 

Sumber: 

1.       ANTARA News. (2024, 21 Oktober). Israel ancam RS Indonesia, Relawan MER-C terpaksa evakuasi. Diakses pada 22 Oktober 2024, dari ANTARA News

2.       Tempo.co. (2024, 21 Oktober). Israel Perintahkan 3 RS Gaza Utara Dievakuasi, Termasuk RS Indonesia. Diakses pada 22 Oktober 2024, dari Tempo.co

0