Novy Listiana
31 Dec 2020 at 19:51OPINI – Tanggal 2 Oktober lalu kita memperingati Hari Batik. Jika kita mendengar kata “Batik”, kita pasti langsung membayangkan negara kita sendiri yaitu Indonesia, bukan?
Jawabannya sudah jelas! Karena Batik merupakan hasil karya dan warisan nenek moyang bangsa Indonesia yang memiliki berbagai macam motif.
Motif batik ini sendiri adalah corak atau pola yang menjadi kerangka gambar pada batik berupa perpaduan antara garis, bentuk dan isen menjadi satu kesatuan yang mewujudkan batik secara keseluruhan. Motif-motif batik itu antara lain adalah motif hewan, manusia, geometris, dan motif lain. Motif batik sering juga dipakai untuk menunjukkan status seseorang. Membatik merupakan tradisi turun-menurun. Karena itu, sering motif batik manjadi ciri khas dari batik yang diproduksi keluarga tertentu (Wikipedia, 2015).
Corak inipun tidak sembarang karena mengandung penuh makna filosofi, yang digali dari berbagai adat istiadat maupun budaya setempat. Secara geografis, misalnya di daerah pesisir akan menghasilkan batik dengan motif yang berhubungan dengan laut, begitu pula dengan yang tinggal di pegunungan akan terinspirasi oleh alam sekitarnya, sifat dan tata penghidupan daerah, kepercayaan dan adat di suatu daerah, serta keadaan alam sekitar termasuk flora dan fauna.
Tiga contoh diantaranya meliputi :
- Motif Parang
Pernah mendengar Motif ini? Motif ini memang sudah tidak asing lagi bahkan sangat banyak digunakan masyarakat Indonesia, salah satunya karena Batik dengan motif Parang merupakan salah satu motif batik yang paling tua di Indonesia. Parang berasal dari kata Pereng yang berarti lereng. Perengan menggambarkan sebuah garis menurun dari tinggi ke rendah secara diagonal. Susunan motif S jalin-menjalin tidak terputus melambangkan kesinambungan. Bentuk dasar huruf S diambil dari ombak samudra yang menggambarkan semangat yang tidak pernah padam. Batik ini merupakan batik asli Indonesia yang sudah ada sejak zaman keraton Mataram Kartasura (Solo).
Batik Parang memiliki makna yang tinggi dan mempunyai nilai yang besar dalam filosofinya. Batik motif dari Jawa ini adalah batik motif dasar yang paling tua. Batik parang ini memiliki makna petuah untuk tidak pernah menyerah, ibarat ombak laut yang tak pernah berhenti bergerak. Batik Parang juga menggambarkan jalinan yang tidak pernah putus, baik dalam arti upaya untuk memperbaiki diri, upaya memperjuangkan kesejahteraan, maupun bentuk pertalian keluarga.
Batik Parang bahkan menggambarkan kain yang belum rusak, baik dalam arti memperbaiki diri, kesejahteraan upaya mereka, serta bentuk hubungan dimana batik parang pada masa lalu adalah hadiah yang mulia untuk anak-anaknya. Dalam konteks ini, pola berisi dewan orang tua untuk melanjutkan perjuangan parang dilanjutkan. Garis diagonal lurus melambangkan penghormatan dan cita-cita, serta kesetiaan kepada nilai yang sebenarnya. Dinamika dalam pola parang ini juga disebut ketangkasan, kewaspadaan, dan kontituinitas antara pekerja dengan pekerja lain. Batik Parang biasanya digunakan untuk acara pembukaan. Misalnya: Senapati yang ingin pergi berperang, agar pulang membawa kemenangan.
“Parang berarti perang, para raja jawa dan kesatria jawa selalu memakai batik parang yang berarti perang melawan hawa nafsu nya setiap hari, terus menerus. Hanya para raja ksatria lah yang boleh pakai batik parang. itu sebagai agama nya, sebagai maujud ageman nya setiap hari, ucap tekat laku lampah.”
“Batik artinya Bakti, Bekti, Dhama bakti, para raja ksatria jawa harus berbakti kepada nusa bangsa keluarga dan agama nya. Ageman dari Batik menjadi agama nya, ucap tekat laku lampah seorang menuju sampurna ‘” (syafril indra kusuma)
- Batik Kawung
Motif Batik Kawung sudah ada sejak abad ke-13, yang diciptakan oleh sultan Mataram dan hanya digunakan untuk pejabat kerajaan. Dengan memaknai batik sebagai harapan untuk mereka agar bisa menyeimbangkan hawa nafsu dan hati nuraninya. Ada banyak pendapat mengenai motif Batik Kawung, sebagian mengatakan kalau batik ini merupakan batik yang dibentuk dengan pola seperti buah kelapa atau bisa juga buah kolang kaling yang disusun secara geometris. Batik kawung juga memiliki makna sebaiknya kebaikan tidak perlu diketahui oleh orang lain. Selain itu, bunga teratai juga bisa merepresentasikan motif Batik Kawung yang berarti kesucian dan umur panjang.
- Motif
Mega Mendung adalah salah satu motif batik khas Cirebon yang paling dikenal oleh khalayak. Motif ini menggambarkan bentuk sekumpulan awan di langit.
Konon menurut sejarah Cirebon, motif ini terbentuk ketika seseorang melihat bentuk awan pada genangan air setelah hujan dan cuaca saat itu sedang mendung. Sehingga seseorang itu menuangkan idenya untuk menggambar awan yang telah di lihat melalui genangan air tersebut dengan bentuk awan yang bergelombang. Oleh sebab itu, terbentuklah motif Mega Mendung (Mega= Awan, Mendung=cuaca yang sejuk/adem) dengan warna dasar merah dan awan yang berwarna biru dengan tujuh gradasi warna sebagai warna orisinilnya yang terkenal dari Cirebon.
Arti dari motif Mega Mendung ialah awan yang muncul ketika cuaca sedang mendung. Selain arti, motif Mega Mendung juga memiliki makna atau filosofi bahwa setiap manusia harus mampu meredam amarah/emosinya dalam situasi dan kondisi apapun, dengan kata lain, hati manusia diharapkan bisa tetap ‘adem’ meskipun dalam keadaan marah, seperti halnya awan yang muncul saat cuaca mendung yang dapat menyejukkan suasana di sekitarnya.
Kemudian makna dari warna merah batik Mega Mendung ini merupakan lambang dari seorang pemimpin dan awan biru sebagai sifat seorang pemimpin yang harus bisa mengayomi seluruh masyarakat yang dipimpinnya. Beralih kepada gradasi warna yang berada di ornamen awannya, gradasi asli dari batik Mega Mendung ini adalah tujuh gradasi yang maknanya diambil dari lapisan langit yang memiliki 7 lapis, begitupun bumi yang tersusun atas 7 lapisan tanah, dan jumlah hari dalam seminggu sebanyak 7 hari.
Batik motif Mega Mendung memang nampak sederhana, akan tetapi motif ini dalam akan makna/ filosofi yang dimilikinya. Sebagai tambahan informasi agar tidak salah kaprah dengan makna gradasi warna, bahwa sekarang gradasi warna batik Mega Mendung telah disesuaikan dengan kebutuhan pasar. Sehingga, gradasinya dapat dikurangi atau diminimalkan menjadi 3-5 gradasi sesuai pesanan. Bahkan sudah ada juga batik Mega Mendung yang sengaja tidak diberi gradasi warna pada motif awannya karena tuntutan yang dibutuhkan oleh pasar. (NOV)
Sumber :
Wikipedia
Kumparan
Sanggar Batik Katura
6