Riska Yuli Nurvianthi
29 Jun 2022 at 08:41Hadramaut Yaman, negeri samudera ilmu yang menyimpan rapi sepenggal kisah-kisah keunikan yang tiada duanya. . Hadist Al Bukhari mengatakan, negeri hadramaut yaman adalah negeri dengan kesejukan rohani yang tak terlukiskan, katanya,
“Iman adalah imannya orang yaman, hikmah adalah hikmahnya orang Yaman.” (HR. al-Bukhari).
Begitu istimewahnya negeri yaman. Beberapa kali dibahas dalam hadist Allah swt. Salah satu negeri yang ikut andil dalam sejarah peradaban Islam di dunia.
Sejarah Hadramaut Yaman, Syekh al-Qazwi menjelaskan dalam kitabnya Ajaibul Bilad bahwa Hadramaut adalah sebuah negeri di Yaman yang mencakup dua kota yang sangat masyhur, yakni Tarim dan Shibam. Posisi geografisnya tepat di timur Aden.
Hadramaut adalah bentuk tarkib mazji yang terdiri dari dua kata “hadara” (hadir) dan “maut” (kematian). Jika kita mengartikannya secara literer, maka akan bermakna hadir dan mati. Asal mula kalimat ini di ambil berawal dari kisah Nabiyullah Shaleh AS yang hijrah ke Hadramaut dan wafat di negeri tersebut.
Nama Kota yang ada di Hadramaut yaman
Hadramaut meskipun terkenal sebagai negeri yang kuno, gersang dan kering, memiliki kota yang sangat masyhur yaitu Tarim dan Shibam yang terletak di timur laur kota Sewun.
Al-Faqih bin Abu Abbad berkata, “Sungguh beruntung penduduk Tarim, mereka semua kelak masuk surga yang baik maupun yang jahat”. Beliau menambahkan, “Di hari kiamat nanti Sayyidina Abu Bakar Ash-Shiddiq merangkul seluruh penduduk Tarim, yang taat maupun yang maksiat ke dalam genggamannya. Lalu ia melontarkan mereka semua ke surga”.
Imam Al-Habib Abdullah Al-Haddad berkata, “Andai saja kau mengeluarkan semua hartamu demi mengunjungi kota Tarim, maka apa yang kau dapatkan akan lebih banyak daripada yang kau keluarkan”.
Hadramaut yaman, merupakan Kota kecil yang sempit sebab tidak lebih besar daripada sebuah kecamatan di Indonesia, namun begitu makmurnya Islam di negeri ini. Masjid menjadi salah satu bangunan terbanyak di dalamnya, sedikitnya 400 masjid yang telah terbangun sejak dulu.
Kota ini dikelilingi oleh bukit-bukit terjal dengan perkebunan kurma yang hijau nan asri mewarnai kesuburan tanahnya. Permata-permata jernih memancar dari sumber mata air kehidupan di dalamnya. Sungguh hadramaut begitu indah dengan nuansa yang dimilikinya.
Awal Ali Bin Abi Thalib masuk ke Hadramaut yaman
Berawal sejak Nabi Muhammad SAW mengutus saudara sepupu yang juga menantunya, Ali bin Abi Thalib RA, ke Sana’a dan sekitarnya untuk menyampaikan syiar Islam. Pada waktu itu, Yaman merupakan wilayah yang paling maju di Semenanjung Arabia. Bani Hamdan tercatat sebagai kabilah Yaman pertama yang menerima Islam. Di samping itu, Rasulullah SAW juga pernah mengutus Mu’adz bin Jabal RA ke al-Janad—yang hari ini dikenal sebagai daerah Taiz—untuk menyampaikan surat dakwah kepada para pemimpin suku di sana.
Selama periode risalah Nabi SAW, negeri Yaman tidak mempunyai kekuasaan yang terpusat, melainkan diperintah oleh sejumlah suku yang memegang kendali otonomi di daerah mereka masing-masing.Beberapa suku terkemuka di Yaman, termasuk Bani Himyar, mengirim delegasi ke Madinah antara 630-631 untuk menyatakan kesediaan mereka menerima Islam.
Kendati demikian, sejumlah orang Yaman sudah ada yang lebih dulu menjadi Muslim sebelum kedatangan delegasi tersebut. Beberapa di antaranya adalah Ammar bin Yasir RA, al-Ala’a al-Hadrami RA, Miqdad bin Aswad RA, Abu Musa al-Asy’ari RA, dan Syurahbil bin Hasanah RA. Para delegasi Yaman itu lantas meminta Rasulullah SAW supaya mengirimkan sejumlah guru untuk mengajarkan Islam kepada masyarakat Arabia Selatan.
Kemudian masuknya aliran sunni Asy’ariyah dipelopori oleh Al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad dari keturunan Husain bin Ali bin Abi Thalib. Beliau dilahirkan pada tahun 260 H di kota Basrah, Irak.
Berasal dari kalangan kaya raya pada zamannya. Karena kondisi Basrah pada saat itu sedang bergejolak lalu banyak kerusakan dan kezaliman yang tersebar di seluruh penjuru Basrah, akhirnya beliau meninggalkan semua hartanya demi hijrah di jalan Allah SWT sampai tibalah di negeri Hadramaut dan mensyiarkan Islam hingga ke seluruh penjuru Hadramaíut. Para keturunan beliau ini kelak disebut dengan Alawiyyin.
Ahmad bin Isa (873-956) merupakan leluhur kaum Sayyid (jamak: Saadah). Dari Basrah (Irak), tokoh tersebut datang ke Hadhramaut, melalui Madinah dan Makkah, demi menghindari prahara politik pada 931. Sayyid berarti secara harfiah ‘tuan’ tetapi kemudian menjadi gelar untuk keturunan Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW dari garis Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Sementara itu, sebutan syarif ditujukan bagi keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Kaum syarif cenderung menyebar di Afrika Utara dan Asia Barat. Beberapa sempat menduduki pemerintahan sebagai gubernur atau raja. Sebagai contoh, penguasa Maroko sekarang, Raja Muhammad VI, berasal dari Dinasti al-‘Alawiyyin al-Filalliyyin yang sampai pada Hasan bin Ali.
Demikian pula dengan Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki (1947/1948-2004), seorang ulama tradisionalis di Makkah. Agak berlainan dengan mereka, kaum sayyid cenderung berdiaspora maritim ke India dan Nusantara.
Ahmad bin Isa merupakan generasi kedelapan dari keluarga Fatimah dan Ali. Sosok yang berjulukan al-Muhajir itu awalnya kerap mengalami penolakan dari penduduk Hadhramaut.
Namun, perlahan-lahan dakwahnya berhasil sehingga memiliki pengikut untuk mengembangkan ajaran Islam. Masyarakat kemudian tidak hanya mengakuinya Sayyid keturunan Rasulullah SAW. Mereka juga mencintainya sebagai figur panutan.
Dari Basrah (Irak), tokoh tersebut datang ke Hadhramaut, melalui Madinah dan Makkah, demi menghindari prahara politik pada 931. Sayyid berarti secara harfiah ‘tuan’ tetapi kemudian menjadi gelar untuk keturunan Fatimah az-Zahra binti Rasulullah SAW dari garis Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Sementara itu, sebutan syarif ditujukan bagi keturunan Hasan bin Ali bin Abi Thalib. Kaum syarif cenderung menyebar di Afrika Utara dan Asia Barat. Beberapa sempat menduduki pemerintahan sebagai gubernur atau raja. Sebagai contoh, penguasa Maroko sekarang, Raja Muhammad VI, berasal dari Dinasti al-‘Alawiyyin al-Filalliyyin yang sampai pada Hasan bin Ali.
Demikian pula dengan Syekh Muhammad bin Alawy al-Maliki (1947/1948-2004), seorang ulama tradisionalis di Makkah. Agak berlainan dengan mereka, kaum sayyid cenderung berdiaspora maritim ke India dan Nusantara.
Ahmad bin Isa merupakan generasi kedelapan dari keluarga Fatimah dan Ali. Sosok yang berjulukan al-Muhajir itu awalnya kerap mengalami penolakan dari penduduk Hadhramaut.
Namun, perlahan-lahan dakwahnya berhasil sehingga memiliki pengikut untuk mengembangkan ajaran Islam. Masyarakat kemudian tidak hanya mengakuinya sayyid keturunan Rasulullah SAW. Mereka juga mencintainya sebagai figur panutan. Ahmad al-Muhajir memiliki empat orang putra, yakni Ali, Hussain, Muhammad, dan Ubaidillah.
Sang bungsu menyertainya hijrah dari Basrah ke Hadhramaut. Ubaidillah kemudian punya tiga orang anak, yaitu Alwi, Jadid, dan Basri. Catatan seputar keturunan Jadid dan Basri tidak terdeteksi sejak abad keenam Hijriah. Hal itu berbeda daripada Alwi sebagai sayyid pertama yang lahir di Hadhramaut.
Rekaman genealogisnya terus tercatat bahkan hingga masa kini. Jadilah sayyid keturunan Ahmad al-Muhajir disebut sebagai Ba’Alawi atau Alawiyin. Demikian dipaparkan Nourellyssa dalam memoarnya, My Journey to the Land of Love: Hadramawt-Tarim.
Di Hadhramaut, kaum sayyid menjadi kelas sosial dengan kedudukan tertinggi. Kalangan ini selalu diminta bantuannya dalam meredakan konflik antarsuku. Strata sosial di bawah mereka adalah masayekh dan qabail. Masayekh terdiri atas kaum cendekiawan Muslim di luar kelompok sayyid.
Sebelum kedatangan keluarga Ahmad bin Isa, golongan ini menduduki posisi terpenting di tengah masyarakat setempat, tetapi kemudian tergantikan kaum sayyid. Sementara itu, qabail merujuk pada faksi prajurit yang siap bertempur dengan perintah kepala suku. Kaum pekerja kasar, semisal nelayan dan petani, menduduki posisi terbawah.
Sahabat damai, Penjelasan diatas menyadarkan kita bahwa negeri Hadrhamaut yaman adalah negeri yang begitu dekat dengan para keturunannya Ali bin Abi Thalib dan semoga dengan adanya artikel, menambah tabir khazanah pemahaman kita terkait Peradaban Islam dimasa lalu.
0