Fiskal Purbawan
11 Sep 2020 at 16:16


Pada tanggal 11 September 2001 atau 19 tahun yang lalu pandangan seluruh dunia terpusat kepada peristiwa serangan teroris terbesar di Amerika Serikat. Dua pesawat berpenumpang yang dibajak menabrak Menara Kembar World Trade Center di New York. Kemudian satu pesawat lagi menghantam gedung Pentagon, gedung pusat pertahanan Amerika Serikat dan satu lagi jatuh di sebuah lapangan di Pennsylvania. Pesawat yang jatuh ini kemudian diketahui akan menuju ke Gedung Putih di Washington DC. Peristiwa ini mempengaruhi dunia baik secara langsung maupun tidak langsung. 

Tidak lama setelah serangan itu, nama Osama bin Laden menjadi terkenal. Dia dan jaringan Al-Qaedanya dituduh pemerintah Amerika Serikat sebagai dalang dari semua peristiwa ini. Pemerintah Amerika Serikat kemudian mengultimatum pemerintah Afghanistan yang selama ini melindungi Osama agar menyerahkannya dan pengikut-pengikutnya yang berlindung di sana. Akhirnya pada hari Minggu malam, tanggal 7 Oktober 2001, Amerika Serikat memulai serangannya dengan menjatuhkan bom di atas Afganistan.

Peristiwa ini kemudian menimbulkan pro dan kontra, bahkan cenderung menjadi sentimen Muslim dan non-Muslim. Sebagian orang menganggap tragedi ini sebagai jihad, dan kemudian menganggap Osama bin Laden sebagai seorang pahlawan yang mampu menentang kemapanan Amerika Serikat. Di lain pihak, sentimen terhadap orang Muslim juga meningkat. Komunitas Arab-Amerika mendapat ancaman dari orang-orang yang tidak dikenal. Pandangan curiga dialamatkan kepada masyarakat Muslim. Ternyata peristiwa 11 September memiliki dampak global terhadap hubungan islam dan non-Islam, terutama Kristen.

Benturan diskriminatif terhadap warga negara keturunan Arab di Amerika segera meningkat setelah kejadian tersebut. Tercatat ada ratusan insiden, mulai dari penghinaan sampai pembunuhan, yang dilakukan terhadap orang-orang yang warna kulit dan rambutnya tampak seperti orang-orang yang ada di Timur Tengah. Bahkan seorang anggota Parlemen lokal di sana sudah menganjurkan dilancarkannya semacam sweeping terhadap “orang-orang bersorban” di jalan-jalan bebas hambatan. Adalah Presiden Bush sendiri yang mengibarkan semangat anti-Islam, tatkala dia memakai kata crusade (perang salib) terhadap terorisme, yang kurang mengindahkan perasaan umat islam.

Paus Yohanes Paulus Il hari Minggu (23/9) mengeluarkan himbauan bagi kaum Kristen dan Muslim untuk bekerja sama menghindari perpecahan dan pertumpahan darah lebih lanjut menyusul serangan teroris di AS pada tanggal 11 September 2001. Beliau menyatakan, “Saya mohon pada Tuhan untuk menjaga dunia dalam perdamaian.” Kemudian beliau secara khusus mendoakan AS dan mendesak seluruh pihak yang terkena dampak serangan teror tersebut untuk tetap bertahan dan meningkatkan komitmen pada perdamaian.

Melalui kunjungan Presiden Megawati ke Amerika Serikat, Indonesia telah sepakat dalam mempererat kerjasama dalam usaha global memerangi terorisme internasional. Namun, kebijakan ini mendapat tantangan dari kelompok islam garis keras di Indonesia. Aksi-aksi menentang kebijakan Amerika Serikat yang merencanakan aksi militer ke Afghanistan berlangsung dengan keras di sejumlah kota di Indonesia dengan demonstrasi di sejumlah kota.

Pada akhirnya, tragedi ini tetap harus kita kutuk bersama. Aksi teroris pada 9/11 malah menimbulkan sentimen buruk bagi dunia islam. Jangan sampai kemudian tragedi besar seperti 9/11 atau serangan kelompok teror lainnya terus berlanjut. Mari hentikan segala permusuhan, hilangkan prasangka, hilangkan kebencian. Dan kembalilah ke cinta.

0