A Sofyan N
10 Apr 2022 at 10:31Seringkali pertanyaan ini terlintas dalam pikiran saya, kenapa harus ada perang, kenapa harus ada pertikaian dan harus ada yang menang maupun kalah atau malah mengalah karena sudah tak bisa melawan. Lalu, mengapa peperangan seperti yang sudah-sudah kerap kali terjadi? Apakah memang sulit untuk hidup berdampingan dan menerima keadaan?
Dunia telah dipenuhi oleh beragam sejarah dan cerita peperangan. Perseteruan antar negara satu dengan negara lainnya atau yang bersekutu. Dalam skala kecil perang seringkali terjadi diantara suku, kerajaan, antar kelompok atau malah akibat konflik dari dua individu bermasalah. Seolah menjadi budaya, sesuatu yang tidak bisa dibicarakan lagi pasti menghasilkan tindak kekerasan.
Pada momen itu, manusia tak lagi memikirkan keselamatan ataupun logika yang sebenarnya masih bisa menghentikan terjadinya peperangan.
Mengikut kisah perang yang kini terjadi antara negara A dan negara B. Awal mulanya hanyalah konflik perebutan wilayah strategis yang kemudian berimbas kepada situasi darurat dikedua negara. Belum lagi ikut campur pihak luar, meskipun ada yang bermaksud mengambil peran sebagai penengah, namun tak ada yang tahu siapa yang dapat menjadi sumbu pembakar yang baru. Dunia tengah dilanda masalah besar antar bangsa besar.
Lalu, mengapa harus berperang? Menurut saya, saat ini dunia tengah mengalami resesi global yang timbul akibat hubungan antara negara-negara dan kaitannya dengan hutang-piutang dalam perekonomian dunia, keuangan negara juga termasuk. Selain itu, krisis energi juga menjadi masalah yang perlu diperhatikan.
Negara-negara dengan sumber energi melimpah akan menjadi target empuk negara pengembang teknologi senjata modern. Atau penguasaan wilayah yang akan akan SDA dan masuk dalam perencanaan pembangunan suatu negara. Maksudnya, ada kemungkinan pengambilan alih wilayah demi kepentingan pribadi. Termasuk apa yang terjadi dengan konflik peperangan yang sedang terjadi sekarang ini.
Selain itu, kepentingan eksistensi negara serta kekuatan penguasanya menjadi faktor pendukung dalam konflik peperangan. Bisa saja hubungan antar negara satu dan negara lain sebenarnya baik-baik saja, namun akibat adanya kepentingan pribadi atau maksud tertentu dari pemimpin negara, memungkinkan konflik terbentuk dan membentur hubungan baik antar negara.
Dunia benar-benar dalam situasi genting ya Sahabat, padahal manusia itu hanya hidup sekali di dunia ini. Sepertinya sulit sekali mencari kedamaian di tengah suasana yang selalu mengundang peperangan.
Diserang dan Menyerang Balik
Sejarah manusia mencatat, peperangan memang seringkali terjadi. Bahkan tak ada satu masa pun yang berlalu begitu saja tanpa adanya perang. Ini berarti, potensi dan peluang manusia untuk saling membunuh telah menjadi budaya buruk yang sulit untuk ditinggalkan atau sekadar dilupakan.
Dalam agama Islam, peperangan memiliki aturannya tersendiri. Dijelaskan dalam ajaran Islam, pertempuran sejatinya bukanlah sarana untuk adu kekuatan, bukan juga sebagai momen untuk menghilangkan suatu peradaban dan perampasan kekayaan dari suatu masyarakat atau wilayah tertentu. Karena, itu bukanlah esensi dari perang yang sebenarnya.
Nabi Muhammad SAW sangat dikenal sebagai sosok teladan dalam beberapa perang yang pernah dilalui oleh kaum muslimin. Nabi Muhammad disebut-sebut merupakan seorang pemimpin dalam dunia politik dan panglima perang yang berwibawa.
Dalam catatan peperangan agama Islam, hal yang memungkinkan kaum muslimin melakukan peperangan ialah akibat diserang lebih dulu oleh musuh. Artinya yang mereka lakukan sebagian besar ialah bentuk dari perlawanan terhadap penyerang kaum mereka. Selain itu, alasan lain Nabi Muhammad SAW mengangkat senjata ialah demi menegakkan kebenaran.
Oleh sebab itu, berperang memiliki aturannya tersendiri. Tidak bisa dilakukan secara sembarangan dan masih harus tetap mempertimbangkan nilai-nilai kemanusiaan yang ada.
Maknanya dalam pokok sub pembahasan ini, sebagai manusia yang mudah sekali terjerat dalam situasi peperangan kita harus dapat memahami arti kemuliaan dari suatu peperangan yang terjadi. Perang yang sebelumnya pernah dilalui oleh Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya. Melalui sedikit kisah inilah, kita harus benar-benar paham akan konsekuensi dan proses berperang dalam konteks menjaga nilai-nilai kemanusiaan.
Dalam hal ini, kita harus dapat memahami alasan-alasan mengapa kita harus berperang. Seperti yang terjadi sebelumnya dalam catatan sejarah umat Islam, ada situasi antara diserang lalu menyerang balik. Bukan sekadar menyerang tanpa adanya maksud tujuan atau malah karena kepentingan pribadi.
Manusia masih saling membutuhkan dalam keberadaannya di dunia ini. Peperangan yang mungkin saja sedang berlangsung akan menghilangkan konsep kehidupan itu. Mereka yang diserah tentu saja akan mengalami kerugian secara mendalam, hanya dapat diatasi jika mampu dan benar-benar memiliki kekuatan untuk menyerang balik atau bertahan.
Lalu, mereka yang menyerang balik, belum tentu dapat memenangkan peperangan. Semuanya tergantung penyerang, jika saja tidak ada penyerang, mungkin tak akan ada yang namanya peperangan dan kerusakan dunia. Terkhusus hubungan antar manusia di muka bumi ini.
Manusia tak pernah luput dari segala macam kesalahan dan pertikaian masih sering terjadi di kehidupan manusia. Manusia makhluk yang lemah, namun dibalik kelemahan itu kita diciptakan dengan memiliki hati nurani, akhlak serta pikiran. Artinya, selain memikirkan diri sendiri kita juga harus menyempatkan untuk memikirkan kehidupan orang lain. Saling berbagi kebaikan, termasuk mencegah peperangan.
Referensi : Berbagai Sumber
0